Minggu, 17 Juni 2012

Untukmu Para Wanita yang Ingin Dirindukan Surga

Untukmu Para Wanita yang Ingin Dirindukan Surga

“Rasulullah SAW membuat empat buah garis seraya berkata, “Tahukan kalian apakah ini?’ Mereka berkata: ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi SAW. lalu bersabda, “Sesungguhnya wanita ahli surga yang paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad SAW,  Maryam binti ‘Imron, dan Asiyah binti Mazahi.” (Mustadrak Al-Shahihain 2:497).
Siapa yang tidak tahu Khadijah?Dialah istri nabi yang pertama dan wanita pertama yang beriman atas kenabian Muhammad SAW. Dia pula yang pertama mendapat gelar ummul mukminiin. Pada saat pertama kali Rasulullah saw menerima wahyu, badan beliau bergetar karena ketakutan dan pulang dalam keadaan masih gemetaran. Kemudian disambutnya Rasulullah oleh Khadijah yang siap mendengarkan keluh kesahnya, tetapi Rasulullah hanya meminta kepada Khadijah untuk meyelimutinya karena badannya menggigil ketakutan. Khadijah pun menurut saja tanpa bertanya macam-macam.
Siti Khadijah lahir dari kalangan keluarga yang mulia, jujur ,dan pemimpin. Dibesarkan di kalangan keluarga mulia, terdidik dengan akhlak yang terpuji, bersifat teguh dan cerdik, sehingga kaumnya memanggil thohiroh karena sangat perhatian terhadap akhlak dan kesopanan yang mulia.
Wanita cerdas yang menjalankan roda-roda usahanya dan sanggup membiayai hampir seluruh dakwah Rasulullah SAW. Beliaulah teladan –Khadijah-Khadijah kontemporer abad ini—yang tengah menggapai angan-angan kosong emansipasi yang telah membuatnya meninggalkan segalanya. Beliaulah satu-satunya entrepreneur yang terkemuka di jamannya. Cakupan bisnisnya meliputi jazirah Arab. Namun tetap rendah hati dan berakhlak mulia serta tetap menjaga kesuciannya dan tetap menghormati Rasulullah meskipun usia terpaut jauh.
Tahu tentang sosok Asma binti Yazid? Beliau adalah seorang orator, singa podium dari kalangan wanita. Dia bukanlah Megawati atau Puan Maharani, bukan pula Sri Mulyani atau Mari Elka Pangestu. Prestasi sulit dilukiskan dengan kata-kata. Pengabdiannya pada Islam telah membuat dirinya disegani. Selain sebagai singa podium, ia juga adalah pejuang yang tabah, wanita terhormat, tergolong ahli pikir dan ahli agama. Bahkan beliau ini dipercaya untuk menjadi delegasi wanita dalam menyampaikan segala aspirasi atau permasalahan yang berhubungan dengan para wanita kepada Rasulullah SAW. dalam majelis syuro.
Suatu ketika—saat sidang Asma melontarkan pertanyaan yang membebani kaum wanita. “Ya Rasulullah. Aku mewakili kaum wanita untuk menanyakan kepadamu tentang beberapa hal. Bukankah engkau diutus oleh Allah untuk rahmat bagi manusia—laki-laki dan wanita? Namun dalam beberapa masalah ternyata kami merasa dibedakan dengan laki-laki. Kami sama-sama beriman dan bertakwa, namun kami juga merasa iri dengan perbuatan kaurn laki-laki yang seolah menempatkan mereka pada posisi yang baik untuk mendapatkan pahala yang besar. Mereka boleh berjihad, semantara kami hanya mengurus anak-anak dan menjahit pakaian mereka. Mereka diberi kesempatan untuk mendapatkan pahala sholat jumat, sementara kaum wanita tak boleh. Bagaimana ini ya Rasulullah?”
Mendengar ‘protes’ demikian Rasulullah SAW. kaget, meski protesnya tentu saja tak disertai kasi turun ke jalan dan demo mogok makan. Ternyata, hal yang dikeluhkan para muslimah itu bukan keinginan mendapatkan kalung 24 karat seberat 2 kilogram, atau persamaan hak untuk mendapatkan jabatan eksekutif dari jenjang karir papan atas tetapi yang mereka tanyakan justru persamaan dalam memperoleh pahala dan menjalankan syariat. Inner beauty!
Kemudian Rasulullah SAW. dengan bangga bertanya kepada peserta sidang yang lain, “Pernahkan kalian mendengar pertanyaan yang lebih baik selain soal-soal agama seperti wanita ini? Ya Rasulullah, kami tidak menyangka dan berpikir wanita itu akan bertanya sedemikian jauh,” jawab majelis.
“Wahai Asma kau pahami dan sampaikan nanti pada kaummu. Kebaktianmu pada suami dan usaha mencari kerelaannya telah meliputi dan menyamai semua yang dilakukan suami kalian (kaurn pria),” jawab Rasulullah singkat, namun padat dan bermakna tinggi.
Jawaban tersebut tentu saja menggembirakan hati Asma dan segera ia berlari pulang dan menyampaikan berita itu kepada para wanita. Dan mereka pun menerima dengan senang hati.
Islam Memuliakan Wanita
Suatu ketika seorang muslimah di kota Amuria—terletak antara wilayah Irak dan Syam—berteriak minta tolong karena kehormatannya dinodai oleh seorang pembesar Romawi. Teriakan ini ternyata terdengar oleh Khalifah Mu’tashim, pemimpin umat Islam saat itu. Kontan saja ia mengerahkan tentaranya untuk membalas pelecehan itu. Bukan saja sang pejabat, tapi kerajaan Romawi langsung  digempur. Sedemikian besarnya tentara kaum muslimin hingga diriwayatkan ‘kepala’ pasukan berada di Amuriah sedangkan ‘ekornya’ berakhir di Baghdad—bahkan masih banyak tentara yang ingin berperang. Untuk membayar penghinaan tersebut 30.000 tentara musuh tewas dan 30.000 lainnya menjadi pesakitan. Itu wujud perhatian pemimpin kepada yang dipimpin.
Dalam Islam, kehormatan manusia baik laki-laki maupun wanita, dijunjung demikian tinggi. Haram hukumnya melanggar kehormatan orang lain. Jangankan disentuh, memandangnya dengan syahwat pun sudah dosa, astaghfirullohal’adzimI.
Namun amat disayangkan, bahwa wanita-wanita sekarang ini cenderung membiarkan dirinya hanyut dalam gelombang emansipasi yang amburadul. Hampir semua bagian ingin direngkuh demi persaingan harga diri dengan laki-laki. Tak peduli meski akhimya harus mengorbankan harga diri. Berani tampil bugil di depan kamera hanya untuk mengejar predikat seksi, berani tampil beradegan panas di sebuah film dan dengan mudahnya mengatakan, “Ini kan tuntutan peran, jadi saya harus profesional dong!
Tapi ironisnya, disaat kaum wanita negeri ini menggembar-gemborkan emansipasi di segala bidang, ternyata orang-orang di Barat sudah mulai meninggalkannya sedikit demi sedikit. Malah ada yang sampai mengkritik para wanita di negerinya yang rela bekerja hingga tak peduli akan kehormatan dirinya. Paling tidak, Anna Rued yang menulis dalam sebuah bukunya—Eastern Mail, ia menyebutkan bahwa “Kita harus iri kepada bangsa-bangsa Arab yang telah mendudukkan wanita pada tempatnya yang aman. Dimana hal itu jauh berbeda dengan keadaan di negeri ini (Inggris) yang membiarkan para gadisnya bekerja bersama laki-laki di kilang-kilang minyak—yang tidak saja menyalahi kodrat—tetapi bisa menghancurkan kehormatannya.”
Nah, dalam urusan wanita ini, lebih jauh Rasulullah telah mengajarkan kepada kita melalui sabdanya: “Sebaik-baik kalian adalah yang selalu berbuat baik terhadap istri-istri kalian.” (HR. Turmidzi). Kemudian sabdanya yang lain adalah: “Takutlah kepada Allah dan hormatilah kaum, wanita.” (HR. Muslim).
Kata orang, sejarah yang buruk itu memang getir, tetapi banyak orang juga tak bisa belajar dari kegetiran sejarah. Apa maksudnya? Sebagai contoh, kaum wanita sekarang kini tengah dilanda kegetiran hidup, di semua sektor ternyata membuat dirinya tak aman. Semuanya menyisakan masalah bagi wanita dan menempatkannya sebagai korban. Nah, agar tak terus jadi korban lingkungan yang tak ramah ini, maka sudah saatnya para wanita sadar akan ‘sejarahnya’ sekarang ini yang sudah tidak menentu. Tidak hanya sadar, tapi juga harus berusaha untuk lepas dari kegetiran hidup itu. Kalau mau bijaksana, tentu harus bercermin kepada Islam.
Kenapa Islam? Karena hanya Islam lah yang telah menempatkan para wanita pada posisi yang seharusnya dan sewajarnya. Islam akan melindungi kehormatan wanita, dan akan memberikan rasa aman, termasuk buat para wanita yang ingin dirindkan surga. Hanya saja hal ini kembali kepada kaum wanita apakah mereka ingin menjadi baik atau tetap menjadi korban. Yang jelas Islam telah memberikan segalanya bagi wanita. Dan itu hanya bisa dicapai ketika Islam direalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Jadi, masih maukah kita dirindukan surga?