Dalam konsepsi Islam , bekerja merupakan kewajiban mulia atas setiap insan agar bisa hidup layak dan terhormat. Bahkan bekerja mendapatkan posisi istimewa karena bisa melebur dosa-dosa yang tak bisa dihapus dengan amalan ibadah lainnya. Buruh dalam Islampun memiliki posisi terhormat. Rasulullah saw pernah menjabat tangan seorang buruh yang bengkak karena kerja keras, lalu menciumnya seraya berkata : Inilah tangan yang dicintai Allah dan RasulNya”.
Tolok ukur sutau pekerjaan dalam Islam bukanlah ditinjau dari segi kasar atau halusnya pekerjaan itu, tapi dilihat dari kualitas dan ketinggian mutunya. demikian juga dengan masalah buruh, buruh yang baik adalah buruh yang meningkatkan kualitas kerjanya. Dalam surat Al An’am ayat 132 dinyatakan : “Dan masing-masing orang memperoleh derajatnya dengan apa yang dikerjakannya.” Mengingat pentingnya kualitas kerja ini Rasulullah pernah menyatakan dalam hadits shahihnya sbb.:” Sesungguhnya Allah senang bila salah seorang dari kamu meninggikan kualitas kerjanya.
Islam amat memperhatikan hak dan kewajiban buruh dalam rangka meningkatkan kualitas kerjanya dan mencapai kebutuhan primernya. untuk itu Islam sebagai agama rahmatan lil alamin telah meletakkan beberapa aturan yang merupakan tanda kepeduliannya terhadap buruh. a.l.:
1. Islam menanamkan ketakwaan dalam setiap kondisi, baik di kala kerja ataupun istirahat. Ketakwaan ini akan mendorong setiap buruh untuk melaksanakan tugasnya dengan baik dan berusaha membersihkan dirinya dari berbagai niat jahat. Allah berfirman : Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari ara yang tidak disangka-sangkanya.( Ath Thalaq 2-3)
2. Islam menganjurkan kepada setiap buruh agar melaksanakan tugasnya atas dasar ilmu dan pengetahuan . Kualitas kerja tak mungkin terrealisir kecuali dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan tinggi. Kewajiban menuntut ilmu dibebankan atas setiap muslim.apalagi seorang buruh yang sudah harus melaksanakan tugasnya berdasarkan keahlian dan ilmunya, ia harus lebih besar memperdalam bidang yang digelutinya.
3. Menanamkan semangat kompetisi sehat pada buruh dengan memberikan kebebasan untuk memilih pekerjaannya sesuai dengan keinginan dan keahliannya. Islam melarang mengikat buruh untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan yang tidak disenanginya.Islam menghormati buruh sebagai insan yang memiliki kebebasan, pikiran dan kemauan. Islam menuntut peningkatan kualitas kerja dengan menumbuhkan jiwa imani dan mengembangkan kreatifitas serta mendorong kreasi-kreasi baru.Semuanya itu tidak mudah dicapai kecuali dengan ilmu pengetahuan, kebebasan, memberikan penghargaan dan menyiapkan iklim kerja yang kondusif.
4. Islam melarang membebani buruh dengan beban yang berada di luar batas kemampuannya. Rasulullah pernah menegaskan hal ini sbb.:”Janganlah kamu sekalian membebani buruh dengan tugas yang dia tidak kuat memikulnya.” Islam menganjurkan perusahaan agar memberikan bantuan dan rangsangan kepada buruh bila memberikan tugas tambahan. Rasulullah menyatakan hal ini sbb.: Bila kamu sekalian membebani mereka maka berilah dorongan dan bantuan .”
5. Memperhatikan kebutuhan primer buruh baik kebutuhan fisiologis, kemanan,loyalitas penghargaan, informasi, pengetahuan , keindahan, aktualisasi diri dan kebutuhan rohaninya.
6. Islam menganjurkan supaya dibuat kesepakatan kerja antara pengusaha dengan buruh. Kesepakatan ini meliputi hak-hak dan kewajiban masing-masing termasuk masalah upah dan macam pekerjaan atau tugas yang harus dilaksanakannya. Rasulullah pernah bersabda Barang saiapa mempekerjakan seorang buruh hendaknya memberitahukan terlebih dahulu berapa jumlah upanya” Agar sorang buruh memiliki motivasi kerja yang tinggi Islam memberikan tuntunan agar upah yang menjadi haknya diberikan sesegera mungkin . Rasulullah menyatakan : “Berikanlah upah buruh sebelum kering keringatnya”
Islam bukan sekedar memberikan jaminan terhadap hak-hak buruh saja tapi juga menjamin hak-hak pengusaha pemilik kerja. Kesepakatan antara keduanya dianggap sebagai sumpah yang harus ditunaikan oleh masing-masing , juga dijadikan sebagai alat pengontrol hati nuraninya dalam melaksanakan kewajibannya. Seorang buruh ketika bekerja senantiasa berpegang pada firman Allah SWT. :” Wahai oprang-orang yang beriman, penuhilah akad atau janji-janji itu. ( Al Maidah 1) Di samping itu ia melaksanakan pesan ayat 1-3 dari surat Al Muthaffifin : “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang , yaitu orang-orang yang apabnila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain mereka mengurangi.”
Di era reformasi ini kita dituntut untuk memperhatikan buruh sebagaimana yang diajarkan oleh Islam. Pengusaha harus berusaha seoptimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan buruh dan memenuhi semua kebutuhan primernya termasuk kebutuhan agamis, sosial, moral dst. Islam melarang kita untuk mengeksploitasi kebodohan buruh untuk kepentingan pribadi, kelompok dan politik.