Sabtu, 24 Mei 2008

Soeharto Kuasai Ilmu Senggoro Macan

Soeharto, dalam melakukan petualangan spiritualnya, nyaris tak diketahui orang. Hanya beberapa orang pengikut setianya yang mengerti rahasaia gaib Soeharto. Sebab kekuatan gaib yang dimilikinya, erat kaitannya dengan kekuasaan. Namun, sepintar-pintarnya menyimpan petualangannya, Soeharto tetaplah manusia. Setiap jengkal langkahnya selalu meninggalkan 'jejak-jejak' yang bisa terlihat.

Salah satu 'jejak' yang ditinggalkan Soeharto terdapat di Goa Kalak. Goa keramat yang terletak di Desa Kalak, Kecamatan Donorojo, Pacitan, itu memang menyimpan kekuatan gaib luar biasa. Kekuatan itu disebabkan yoni beberapa pusaka keris ampuh andalan Majapahit yang tersimpan di dalamnya. Selain keris pusaka juga terdapat ajian Senggoro Macan, yang konon merupakan ilmu pamungkas Raden Prawiroyudo. Keris pusaka dan ajian ampuh itu bisa dimiliki oleh seseorang dengan syarat-syarat khusus yang harus dilakukan. Misalnya dengan melakukan persetubuhan di dalam goa keramat. Syarat yang tergolong unik ini memang punya sejarah panjang, yang erat kaitannya dengan keberadaan R. Prawiroyudo semasa hidupnya.

Konon, Goa Kalak merupakan tempat persembunyian R. Prawiroyudo bersama adiknya Sang Dewi. Dua orang ini adalah putra Prabu Brawijaya V yang melarikan diri dari istana kerajaan. Sebab, putra permaisuri dan selir ini ternyata saling jatuh cinta. Karena hubungan cintanya tak direstui sang prabu, mereka sepakat meninggalkan istana. Nah, di goa itulah, putra-putri raja Majapahit melampiaskan rasa cintanya. Mereka melakukan hubungan layaknya suami-istri.

Rasa cinta R. Prawiroyudo dan Dewi memang mengalahkan segala-galanya. Selain hubungan keluarga, juga perasaan takut. Padahal, di goa tempat mereka sembunyi merupakan kandang harimau piaraan Kyai Maja. Dalam cerita disebutkan Kyai Maja adalah orang pertama yang membuka hutan Donorojo. Ia memiliki hewan piaraan berupa harimau. Tetapi hewan ini bukanlah sembarang hewan. Melainkan penjelmaan seorang ******* yang dikutuk karena senang menggauli beberapa murid wanitanya. Begitulah ceritanya, setiap kali putra-putri raja itu bersetubuh selalu dilihat oleh sang harimau. Hingga tak disadarinya, secara perlahan harimau
jelmaan itu menurunkan ilmunya Senggoro Macan kepada R. Prawiroyudo. Hingga suatu ketika terdengar suara tanpa wujud yang menggema di dalam goa: "Bagi anak-cucuku yang ingin menguasai ilmu ampuh itu harus melakukan
persetubuhan di dalam goa ini".

Senggoro Macan merupakan ilmu 'penggirisan' yang dahsyat. Ilmu itu biasanya hanya dimiliki oleh sosok pemimpin. Sebab dengan kekuatan gaib yang terpancar dari ilmu itu akan mampu menguasai jutaan orang. Dengan sekali perintah atau sekali ucap akan membuat jutaan orang yang mendengarkannya takut dan melaksanakannya. Berbekal ajian itulah, R. Prawiroyudo berhasil menjadi 'raja kecil' di tlatah Kalak.
Ajian Senggoro Macan versi Goa Kalak memang sangat tersohor. Ajian ini banyak diincar para pemimpin. Di jaman perlawanan P. Diponegoto melawan penjajah, Goa Kalak merupakan tempat menggembleng ilmu kanuragan. Begitu juga saat terjadi perang 'suksesi Jawa III' Goa Kalak juga jadi basis pertahanan P. Mangkubumi.

Menurut Abdul Ustab (80), setiap orang yang ingin memiliki ajian penggirisan itu harus bisa memenuhi syarat gaib yang ditentukan. Sebelumnya harus melakukan pembersihan diri dengan cara pasa neptu 40 hari. Setelah itu baru bertapa 'ngudi kupiya alusing batin' di Goa Kalak. "Karena syarat yang terlalu berat, tak banyak orang memiliki Senggoro Macan versi Goa Kalak," tuturnya.

Tokoh sepuh yang memiliki banyak murid ini menerangkan, dulu banyak orang berburu ajian penggirisan 'Macan Kalak'. Tetapi tak semuanya berhasil menguasai dengan sempurna. Karena selain ada syarat yang dilupakan, semedinya kurang dilandasi rasa penyerahan diri.

Tentang mantera ajian penggirisan, menurut Mbah Abdul mudah dihafal karena 'kalimah' kejawennya tak terlalu panjang. Yaitu: 'Giri-giri ya aku putra malangaena, macan kalak ngamuk tanpa suduk, braja mandeg brama sirep, sireb sakabehing sireb karana Allah'. Setelah itu dilanjutkan dengan mantera pamungkas: 'Undung-undung lungguhku wesi gligen, bahuku kaya gendewa, tanganku kaya cakarwa, mataku kaya surya kembar, suaraku kaya gelap ngampar, gila-giris wong sing krungu suwaraku, weruh marang aku'.

Ajian penggirirsan itu pernah digunakan P. Mangkubumi untuk mencari pengaruh di wilayah Mataram. Bahkan dengan ajian itulah ia berhasil memaksa Belanda dan akhirnya mendudukkannya sebagai raja Yogyakarta dengan gelar Hamengkubuwono I.

Kesohoran ajian itu pula yang membuat Soeharto melakukan petualangan spiritualnya di Goa Kalak, 30 tahun silam. Tepatnya di hari 'anggara kasih' tahun 1970-an. Selama Soeharto berkuasa, tak ada orang yang berani bercerita tentang perjalanan gaibnya. Namun, setelah lengser keprabon dan madeg pandito, beberapa orang yang ketika itu melihatnya, mulai berani angkat cerita.

R. Soekotjo, ayahanda Letjen Bambang Soesilo Yudhoyono, pernah melihat Soeharto pergi ke Goa Kalak. "Hari, tanggal dan bulannya saya sudah lupa. Tetapi, tahunnya sekitar 1970-an," katanya. Diceritakan, ketika itu wilayah Kecamatan Punung mendadak dipadati tentara. Mereka berjajar di pinggir jalan menuju Goa Kalak. Ketika itu, R. Soekotjo menjabat sebagai Ketua DPD Golkar Kabupaten Pacitan. R. Soekotjo melihat Soeharto di dalam mobil menuju arah Goa Kalak. "Dari keterangan petugas Direktorat Khusus Pacitan, sekarang Kansosopol, dikatakan kalau Pak Harto bersama beberapa jenderal berada di dalam Goa Kalak," katanya saat ditemui di rumahnya, Punung.
Setelah haru mulai sore, Letjen Soedjono Umar Dani (alm), yang mendampingi Soeharto di Goa Kalak, memerintahkan kepada jajaran aparat untuk membubarkan diri. Sebab, kedatangan Soeharto di Goa Kalak tak ingin diketahui umum. Karena mantan orang nomor satu di negeri ini sedang memburu keris pusaka Maja dan Aji Senggoro Macan bersama beberapa jenderal dan paranormal asal Yogya. "Bapak butuh ketenangan dan kerahasiaan. Karena itu penjagaan dan pengawalan segera dibubarkan," perintah mantan Dubes RI i Jepang, seperti ditirukan sumber LIBERTY di Punung.

Menurut sumber yang bisa dipercaya, saat memasuki Goa Kalak, Soeharto menggunakan pakaian khas Jawa, didampingi 7 paranormal. Empat orang laki-laki dan di antaranya terdapat tiga paranormal wanita. "Pak Harto memasuki goa sekitar jam 17.30 WIB. Dan baru keluar dari goa menjelang pagi hari. Yang jelas, sekitar jam 05.00 WIB rombongan mantan Presiden RI itu meninggalkan Punung," tutur Pak Kotjo.

Semula, masyarakat sekitar Goa Kalak mengira, rombongan itu berasal dari keraton Yogyakarta. Sebab, selain pakaiannya yang dikenakan seperti orang keraton, warga belum terlalu mengenal wajah Soeharto. "Saya melihat para priyayi itu memasuki Goa Kalak. Di antaranya tampak tiga wanita yang sangat cantik," tutur salah seorang warga Kalak.

Nah, dari sinilah kemudian terkuak kabar tentang persetubuhan Soeharto di Goa Kalak. Sebab, melakukan persetubuhan di goa keramat adalah termasuk syarat memperoleh ajian Senggoro Macan 'Kalak' maupun keris sakti Kyai Maja. Kendati demikian, beberapa nara sumber yang dihubungi tak ada yang berani memastikan persetubuhan Soeharto di Goa Kalak dengan salah seorang paranormal wanita. "Wah, mengenai hal itu saya tidak tahu. Sebab, ketika itu banyak tentara di sekitar goa. Sehingga tidak ada orang yang berani mendekat. Lebih-lebih keadaan di dalam goa tampak gelap gulita," tutur salah seoarang warga Kalak

Salah seorang paranormal asal Arjosari, Pacitan, mengatakan, "Mungkin, salah seorang paranormal wanita itu bernama Rosminten. Ia memang hebat. Tetapi, saya tak berani memastikannya," kata Jumangat. Satu hal yang tak dapat dilupakan sebagian masyarakat sekitar goa. Malam itu suasananya begitu mencekam. Sesekali terdengar raungan harimau dari balik pegunungan yang menggetarkan hati. Sebab, Goa Kalak memang sudah dikenal sebagai sarang harimau Kumbang. Tetapi, bisa juga karena proses gaib turunnya pusaka dan pewarisan ajian dari R. Prawiroyudo kepada Soeharto.

Tokoh sepuh di Punung yang tahu persis pengembaraan Soeharto di Goa Kalak adalah Tusimin (75). Pasalnya, rumah mantan Kakandepdikbudcam Punung itu dijadikan tempat istirahat paranormal Soeharto. Kendati demikian, Tusimin mengaku lupa kapan persisnya petualangan Soeharto berburu pusaka dan ajian ampuh itu. "Setelah menemani Pak Harto di Goa Kalak, 4 paranormal itu istirahat di rumah saya," tutur Tusimin kepada LIBERTY.

Menurut Tusimin, keempat paranormal itu semuanya laki-laki dengan pakaian khas Jawa. Sepintas, terlihat seperti punggawa keraton. Karena merasa 'sungkan', Tusimin tak berani bertanya lebih jauh tentang apa saja yang dilakukan Soeharto di Goa Kalak. Ia hanya mendengarkan pembicaraan di antara mereka. Di antaranya, mereka membicarakan tentang keris pusaka dan sebuah ajian penggirisan Senggoro Macan. Bahkan, pembicaraan itu dilakukan dengan sangat pelan dan hati-hati. Tampaknya tugas mereka mendampingi Soeharto memang sangat rahasia.
Tetapi tentang keberadaan tiga wanita paranormal yang turut mendampingi Soeharto semedi di Goa Kalak, penulis sejarah babad itu mengaku tidak tahu. Alasannya, kemungkinan mereka beristirahat di tempat lain. Begitu halnya saat ditanya tentang persetubuhan Soeharto dengan salah seorang paranormal wanita, ia pun hanya diam. Seolah sedang merenungkan sesuatu kejadian yang telah lama sekali. "Wah, kalau itu saya tidak mengerti.
Tanya saja kepada warga lainnya," katanya.

Tusimin memang dikenal sebagai seorang yang rajin menghimpun cerita-cerita legenda di wilayah Pacitan. Menurutnya, Goa Kalak memang memiliki daya gaib yang luar biasa. Itulah sebabnya, bekas istana R. Prawiroyudo itu tidak dijadikan sebagai tempat wisata goa. Selain dikeramatkan juga merupakan kandang harimau kumbang.

Diceritakan, Goa Kalak itu memiliki dua buah lorong. Yang satu kecil dan satunya lagi besar. Di lorong kecil itulah tempat persembunyian harimau. Lorong itu panjangnya sampai puluhan kilometer. Ujungnya, berada di pantai selatan. Dari lorong itulah harimau kumbang keluar mencari mangsa.

Sedangkan di lorong besar, kerap dijadikan tempat semedi oleh orang-orang yang berkeinginan 'ngalap' ilmu dan keris pusaka. "Suatu ketika saya pernah melihat seekor harimau yang sudah tidak berbulu. Masyarakat menyebutnya sebagai 'macan brundhul'. Harimau inilah yang dulunya sebagai piaraan Kyai Maja. Macan brundhul ini tak pernah mengganggu ternak maupun manusia. Bahkan, macan itu hanya terlihat pada hari-hari tertentu," tuturnya.

Dikisahkan, setelah R. Prawiroyudo menguasai ajian Senggoro Macan, putra Brawijaya itu dinobatkan sebagai raja 'kecil' di Kalak. Begitulah perjalanan cinta dan kekuasaan putra-putri sang raja. Tetapi, sang waktulah yang mengubah nasib mereka berdua. Ketika itu, datanglah Kyai Tembayat bersama putrinya yang cantik jelita. Kyai yang tak pernah berhenti menyebarkan ajaran Islam itu berniat 'ngenger' kepada sang raja Kalak. Hingga suatu ketika, R. Prawiroyudo merasa jatuh cinta kepada putri Kyai Tembayat. Akhirnya, Raja Kalak berniat untuk menjadikannya sebagi istri. Ternyata, keinginan Prawiroyudo tidak bertepuk sebelah tangan. Sebab, putri Tembayat pun juga gandrung dengannya. Dan keinginan mereka itu dikabulkan oleh Kyai. Sehingga jadilah mereka sebagai suami istri. Nah, pernikahan itu, membuat Sang Dewi bermuram duka. Kakak yang dicintai ternyata mengingkari janjinya. Janji suci untuk sehidup-semati hanya jadi kenangan. Tanpa sepengetahuan suaminya yang juga kakaknya, Sang Dewi nekad menghabisi hidupnya dengan terjun ke jurang. Setelah kematian Dewi, terdengar suaranya seolah menuntut balas: semua kesaktian dan ajian yang dimiliki R. Prawiroyudo akan lenyap bersama kepergiannya.

Dan mungkin sudah menjadi suratan takdir, siapa saja yang memiliki kesaktian dari Goa Kalak akan segera musnah tatkala ditinggal oleh sang istri tercinta. Dan itu pun, mungkin juga terjadi pada diri Soeharto. Sejak kematian Ibu Tien, semua kesaktian yang diperolehnya dari Goa Kalak juga musnah oleh kebesaran sumpah Sang Dewi.

Memang, apapun yang dikatakan orang: Soeharto memperoleh kesaktian di Goa Kalak lewat 'persetubuhan' dengan salah seorang paranormal wanita, tak ubahnya seperti legenda Goa Kalak. Percaya atau tidak. Hanya batu stalagtit dan stalagmit yang bergelantungan di dalam goa menjadi saksi bisu abadi.

PAHEMAN Nguri-uri Wesi Aji atau yang lebih dikenal dengan nama Puri Wiji jangan hanya ngeloni keris tetapi harus lebih kreatif dalam memahami keris sebagai tosan aji dan barang seni. Demikian autokritik yang dilontarkan oleh Hertoto Basuki dalam sarasehan bulanan Kamis Pon Puri Wiji di Jl Durian Raya 8 Semarang.

Sebagai tosan aji, keris lebih sering dibahas dari aspek magi, seperti siapa empu pembuatnya, tangguh, dhapur, dan pamor-nya apa, seberapa besar energinya, dan bisa untuk kepentingan apa. ''Jadi, kalau bicara tentang keris, pasti bahasan utamanya adalah kekuatan,'' kata Hertoto.

Di depan sekitar 60 peserta sarasehan dia menandaskan, pemahaman seperti itu bukan tidak penting, namun ada yang lebih utama, yakni tosan aji dilihat sebagai barang seni yang bernilai komersial tinggi. ''Apa artinya bagus dari segi garap kalau hanya disimpan di dalam lemari, dibuka saat dipamerkan, dan dibuka lagi saat dijamasi?''

Pendekatan Bisnis
Dia pun menggugat, setelah memahami semua itu lalu apa? Apa sekadar men-candra, diskusi, lalu pameran? ''Kenapa belum terpikirkan keris dibuat atau dirancang dengan pendekatan bisnis komersial? Artinya, keris dan sejenisnya dipahami sebagai barang seni yang bisa diperdagangkan dan punya nilai tinggi,'' katanya. Lalu dia menunjuk rekan yang dibawanya masuk ke sarasehan. ''Ini Saudara Ibrahim Pono malah sudah punya beberapa toko atau galeri keris di Johor, Malaysia. Di sini dia kulakan murah, di sana harga keris itu sampai jutaan,'' tutur Hertoto serius.

Pernyataan itu dibenarkan oleh Ibrahim. Dia mengaku sudah menjual keris ke beberapa negara sampai sekitar 300 bilah. ''Saya tidak begitu mengerti tentang keris, tetapi sebagai barang antik, saya percaya keris mempunyai nilai jual tinggi. Ya, artinya saya hanya pikirkan aspek bisnisnya.''

Lebih jauh dia menuturkan, sebagian penduduk Johor Malaysia kabarnya keturunan Jawa. Jadi, mereka masih percaya dengan keris. Apakah keris itu bagus atau tidak, banyak juga yang belum mengerti. ''Bahkan, ada di antara mereka membeli keris untuk prediksi nomer buntut,'' tutur Ibrahim disambut senyum hadirin.

Aspek Filsafat
Sebelumnya, Drs Sutadi yang juga Kepala Bawasda Jateng mengulas tentang filsafat keris. Dari proses pembuatan, mantra, dan doa-doa sang empu hingga persoalan pemahaman keris sampai hari ini.

''Ada beberapa mantra yang diawali bacaan basmallah, bahkan ada keris yang di ganja-nya bertuliskan kalimat syahadat. Keris seperti itu ditandakan sebagai keris-keris yang dibuat sesudah Islam masuk,'' tutur Sutadi.

Di samping itu, bila diperbandingkan antara keris yang baik dan buruk, masih banyak yang bertuah baik. Itu pertanda bahwa para perancang keris tetap lebih banyak yang baik dan memproduksi barang-barang yang baik pula.
''Meskipun tidak dimungkiri ada beberapa keris yang dibuat empu dengan energi dendam dan jahat,'' kata Sutadi yang cukup lama mendalami ihwal tosan aji.
Sarasehan ditutup dengan pernyataan keprihatinan KRHT Hudoyodipuro alias Ki Hudoyo. Dia mengungkapkan, tahun lalu ada seorang duta besar negara sahabat yang ketika mengakhiri tugas di Indonesia membawa pulang sekitar dua kontainer keris.

''Beliau bilang pada saya ingin membuat museum keris di negaranya. Jadi, bukan tidak mungkin nanti suatu ketika kita akan belajar keris ke sana. Kalau demikian, kita akan kebagian apa?'' tutur Ki Hudoyo.
Keris dan si Cakil