Minggu, 14 November 2010

Candi Bawah Laut Pemuteran Bukan Misteri

Keberadaan bentuk bangunan menyerupai candi, namun sebenarnya taman pura di dasar laut kawasan Teluk Pemuteran, Kabupaten Buleleng, wilayah utara Bali, ternyata bukan misteri.
Taman pura bawah laut atau “underwater temple garden” Pemuteran yang sempat menghebohkan dunia itu, merupakan areal penyelaman tambahan ketiga di kawasan Tangkad Jaran, Pemuteran, yang selama ini juga sudah dikenal sebagai salah satu objek wisata di Bali.

“Itu kami bangun sejak tahun 2005 pasca-krisis menyusul terjadinya bom Bali kedua, dengan bantuan dana dari AusAid,” kata Chris Brown, Koordinator Reef Garderner Pemuteran, kepada penulis seusai menemani penyelaman di kawasan tersebut.
Obyek penyelaman yang sempat dihebohkan sebagai candi misterius, termasuk mengundang perhatian Dirjen Pemasaran Depbudpar Sapta Nirwanda itu, berada di kedalaman 15 – 28 meter pada areal dasar laut seluas 2.500 meter persegi.
Di dalam areal taman laut itu kondisinya tertata apik, dengan candi bentar atau model gerbang khas Bali berukuran tinggi empat meter dan sepuluh patung batu ukuran besar.
Menurut Chris Brown, struktur candi bentar ditenggelamkan tahun 2005 setelah Pemuteran mendapat penghargaan ASEANTA sebagai kawasan wisata konservasi lingkungan.
Di tahun 2006, sejumlah patung batu ditenggelamkan sebagai pelengkap taman pura bawah air tersebut. “Terumbu karang mampu tumbuh subur di media batu beton dan cadas, seperti yang anda lihat,” ucapnya.
Menurut Chris Brown yang juga pemilik ReefSeen Dive Centre, Teluk Pemuteran secara alamiah memiliki sejumlah tempat penyelaman. Namun perubahan iklim dan ketidakpahaman masyarakat nelayan untuk memelihara sumber daya itu, mengakibatkan terumbu karang di kawasan Pemuteran hancur.
Setelah program rehabilitasi dan konservasi pesisir menggunakan system “biorock” berhasil, masyarakat dan pelaku industri wisata di Pemuteran membangun sejumlah tempat penyelaman baru sebagai pelengkap objek yang telah ada.
Selain memperkaya produk wisata, penambahan objek tersebut juga digunakan sebagai tempat berlatih dalam upaya meningkatkan keahlian dan kinerja kelompok tukang kebun laut (reef garderner) yang berjumlah 20 orang di Pemuteran.
Tukang kebun laut itu, menurut Chris Brown, bertugas memelihara keberadaan struktur “biorock” di Pemuteran. Mereka juga dibantu oleh staf dari masing- masing usaha wisata di sekitar Pemuteran.
Objek tambahan  tersebut, jelasnya, berupa tempat penyelaman yang dibangun berdasarkan rancangan masyarakat Pemuteran. Objek diletakkan di sepanjang kawasan penyelaman Tangkad Jaran, khususnya pada areal- areal yang mengalami kerusakan terumbu karang.
Pembangunan objek penyelaman baru dimulai tahun 2005 yang mendapat dukungan dana dari AusAID sebesar 23.035 dolar Australia atau saat itu setara sekitar Rp155,87 juta.
Lokasi pertama bernama Canyon Wreck, di kedalaman 28 meter, berupa bangkai kapal bugis berukuran 30 meter. Site kedua di kedalam 25- 14 meter bernama Ships Graveyard (kuburan kapal).
Di lokasi itu ditenggelamkan kapal bugis berukuran 24 meter dan sembilan perahu tradisional lainnya. Di lokasi penyelaman Ships Graveyard juga telah berfungsi dua struktur biowrecks.
Satu struktur berupa sebuah bangkai kapal madura berukuran sembilan meter. Satunya lagi merupakan struktur besi stenlis berukuran 12 kali tiga meter berbentuk kapal boat.
Bio wreck tersebut berada di kedalaman 7-10 meter dan jika biorock menggunakan tenaga listrik untuk pembentukan karangnya, bio wreck sudah memanfaatkan listrik tenaga matahari (solar panel). “Kami juga akan mengalihkan sistem biorock dari listrik PLN ke solar panel,”? imbuh Christ Brown.
Keragaman Obyek
Teluk Pemuteran terletak di pesisir utara Bali dan berjarak sekitar 115 kilometer dari kota Denpasar melalui Bedugul, sedangkan dari Gilimanuk, wilayah ujung barat Bali, sekitar 40 kilometer. Jarak tempuh dari Denpasar melalui Jembrana lebih jauh sekitar 30 kilometer dibandingkan lewat Bedugul.
Teluk yang sejak tahun 1999 ditetapkan sebagai kawasan lindung (Marine Protected Area/MPA) itu, sejak lama populer oleh keberadaan Pura Pulaki, yang juga menarik perhatian banyak wisatawan, terutama yang berkunjung ke wilayah utara Bali.
Bagi wisatawan mancanegara, Pemuteran identik dengan biorock, yaitu struktur besi yang dialiri tenaga listrik dan ditenggelamkan ke dasar laut sebagai rumpon atau tempat tumbuhnya terumbu karang.
Jika terumbu karang tumbuh subur, ikan-ikan pun akan dapat berkembangbiak dengan baik, sehingga mendukung salah satu program pelestarian lingkungan, selain menunjang kepariwisataan.
Struktur biorock pertama ditenggelamkan Oktober 2000 usai penyelenggaraan Konas di Bali atas kerja sama dua ahli terumbu karang Tom G dan almarhum Wolf Gilbert dengan Gahawisri (Gabungan Pengusaha Wisata Republik Indonesia) Bali.
Hal itu kemudian berlanjut sebagai program pemberdyaan masyarakat pesisir yang dimotori oleh AA Prana, Chris Brown dan didukung masyarakat adat setempat.
Dalam perjalanan waktu, jelas AA Prana, Pemuteran tak hanya cukup melakukan pemberdayaan masyarakat pesisir melalui program biorock. Pemuteran perlu pemulihan ekosistem laut yang lebih intens.
Pasalnya, wisatawan yang berlibur di Pemuteran tidak hanya kalangan spiritualis dengan tujuan utama Pura Pulaki dan program penyembuhan (healing) di sejumlah pura sekitarnya.
Kalangan akademisi, peneliti ekosistem laut serta penyelam dari kelas snorkel, pemula sampai yang ahli (advance), juga berbondong-bondong ke kawasan Teluk Pemuteran.
Oleh karenanya, Pemuteran sebagai destinasi perlu diperkaya dengan produk-produk wisata tambahan. Baik di laut maupun di darat.
Dengan demikian kehadiran industri pariwisata mampu memberikan nilai tambah lebih bagi masyarakat nelayan, ungkap Chris menutup pembicaraan. [kompas]

Dikuti dari : Http://compas.com