Cerita ini hanya sekilas renungan yang semoga bermanfaat bagi teman-teman yang membacanya...
Memasuki bulan kedelapan kehamilan saya yang kedua waktu itu, saya sudah berencana bersama suami akan melahirkan di Hospital Cinere. Keputusan itu kami sepakati lantaran selama pemeriksaan kehamilan hingga saat terakhir kami merasa sangat nyaman dengan layanan pihak rumah sakit termasuk dokternya.Ternyata begitu mendekati saat melahirkan, dokter favorit yang telah memeriksa kandungan saya hingga bulan kesembilan mendadak sakit dan harus operasi ke luar negeri. Kecemasan langsung merajai perasaan saya, hingga akhirnya saya mengalami kontraksi. Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi, namun karena saya terlalu bergantung dan berharap akan menjalani persalinan dengan bantuan dokter favorit, akhirnya kondisi mental saya tidak stabil.
Alhamdulillah di rumah ada internet yang setiap saat bisa saya gunakan untuk berkomunikasi dan mencari informasi apapun yang saya inginkan. Untuk mengurangi kecemasan, saya kemudian berbincang dengan suami akan hal itu sambil mencari tahu jenis-jenis kontraksi yang dialami ibu hamil. Suami dengan sabar memberi motivasi agar saya tidak terlalu cemas. Saat itu juga saya sambil mencari dokter alternatif dari rumah sakit yang sama. Internet alhamdulillah menjadi media yang sangat membantu, sehingga saya bisa menemukan dokter yang review-nya bagus menurut teman-teman di dunia maya.
Akan tetapi, akhirnya saya tidak mampu melawan kontraksi yang semakin kuat dan tidak tertahankan. Beruntung saya sudah menemukan dokter pengganti yang kami sepakati bagus berdasarkan informasi di internet.
Saya pun bergegas ke rumah sakit ditemani oleh adik dan anak lelaki kami yang baru berumur 5 tahun. Begitu sampai di rumah sakit, suster langsung menangani sambil berkonsultasi dengan dokter favorit saya yang akan berangkat ke luar negeri. Akhirnya saya diminta bedrest dan langsung menginap di rumah sakit tersebut. Didampingi oleh suami, anak dan adik cukup membuat saya tenang disana.
Sebelum memasuki ruang rawat inap, suster menanyakan persetujuan tentang dokter pengganti. Saya bersama suami memilih dokter lain yang menurut kami lebih bagus dan membuat kami nyaman, meskipun sebenarnya dokter sebelumnya telah memberikan rekomendasi dokter pengganti. Alhamdulillah semua berjalan lancar, hingga akhirnya saya dirawat 3 hari sebelum operasi karena dokter menjelaskan bahwa kontraksi yang saya alami membahayakan jahitan operasi anak pertama dan harus segera di operasi.
Karena kehamilan saya waktu itu baru 37 minggu, maka dokter memberikan suntikan penguat paru-paru janin dan obat pengontrol kontraksi agar tidak membahayakan. Hari operasi caesar itupun tiba, saya kembali mengalami kecemasan. Berat janin menurut dokter yang relatif kecil, menjadi salah satu hal yang saya risaukan. Saya sangat khawatir dengan kesehatan janin, hanya doa dan dukungan keluarga yang menguatkan. Dalam hati kecil saya, apapun akan saya jalani demi keselamatan dan kesehatan buah hati kami. Alhamdulillah setelah sekitar 30 menit operasi saya jalani, seorang bayi mungil yang cantik nan sehat lahir. Kirana lahir dengan berat badan 2,6 kg dan panjang 49 cm menjadi anugerah terindah kami sekeluarga di bulan penuh berkah, bulan Ramadhan.
Sungguh tak henti-hentinya saya berucap syukur, keinginan kami memiliki anak perempuan terkabul dan lahir dengan selamat serta sehat. Allah Maha Besar, semua yang telah terlewati rasanya begitu ringan di ingatan...terganti dengan kebahagiaan yang penuh syukur. Terima kasih buat Dokter Winahyo yang telah memeriksa kandungan saya, selama 9 bulan serta terima kasih untuk Dokter Waluyo yang telah membantu persalinan dan semua pihak di Hospital Cinere yang begitu baik memberikan pelayanannya.
Memasuki bulan kedelapan kehamilan saya yang kedua waktu itu, saya sudah berencana bersama suami akan melahirkan di Hospital Cinere. Keputusan itu kami sepakati lantaran selama pemeriksaan kehamilan hingga saat terakhir kami merasa sangat nyaman dengan layanan pihak rumah sakit termasuk dokternya.Ternyata begitu mendekati saat melahirkan, dokter favorit yang telah memeriksa kandungan saya hingga bulan kesembilan mendadak sakit dan harus operasi ke luar negeri. Kecemasan langsung merajai perasaan saya, hingga akhirnya saya mengalami kontraksi. Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi, namun karena saya terlalu bergantung dan berharap akan menjalani persalinan dengan bantuan dokter favorit, akhirnya kondisi mental saya tidak stabil.
Alhamdulillah di rumah ada internet yang setiap saat bisa saya gunakan untuk berkomunikasi dan mencari informasi apapun yang saya inginkan. Untuk mengurangi kecemasan, saya kemudian berbincang dengan suami akan hal itu sambil mencari tahu jenis-jenis kontraksi yang dialami ibu hamil. Suami dengan sabar memberi motivasi agar saya tidak terlalu cemas. Saat itu juga saya sambil mencari dokter alternatif dari rumah sakit yang sama. Internet alhamdulillah menjadi media yang sangat membantu, sehingga saya bisa menemukan dokter yang review-nya bagus menurut teman-teman di dunia maya.
Akan tetapi, akhirnya saya tidak mampu melawan kontraksi yang semakin kuat dan tidak tertahankan. Beruntung saya sudah menemukan dokter pengganti yang kami sepakati bagus berdasarkan informasi di internet.
Saya pun bergegas ke rumah sakit ditemani oleh adik dan anak lelaki kami yang baru berumur 5 tahun. Begitu sampai di rumah sakit, suster langsung menangani sambil berkonsultasi dengan dokter favorit saya yang akan berangkat ke luar negeri. Akhirnya saya diminta bedrest dan langsung menginap di rumah sakit tersebut. Didampingi oleh suami, anak dan adik cukup membuat saya tenang disana.
Sebelum memasuki ruang rawat inap, suster menanyakan persetujuan tentang dokter pengganti. Saya bersama suami memilih dokter lain yang menurut kami lebih bagus dan membuat kami nyaman, meskipun sebenarnya dokter sebelumnya telah memberikan rekomendasi dokter pengganti. Alhamdulillah semua berjalan lancar, hingga akhirnya saya dirawat 3 hari sebelum operasi karena dokter menjelaskan bahwa kontraksi yang saya alami membahayakan jahitan operasi anak pertama dan harus segera di operasi.
Karena kehamilan saya waktu itu baru 37 minggu, maka dokter memberikan suntikan penguat paru-paru janin dan obat pengontrol kontraksi agar tidak membahayakan. Hari operasi caesar itupun tiba, saya kembali mengalami kecemasan. Berat janin menurut dokter yang relatif kecil, menjadi salah satu hal yang saya risaukan. Saya sangat khawatir dengan kesehatan janin, hanya doa dan dukungan keluarga yang menguatkan. Dalam hati kecil saya, apapun akan saya jalani demi keselamatan dan kesehatan buah hati kami. Alhamdulillah setelah sekitar 30 menit operasi saya jalani, seorang bayi mungil yang cantik nan sehat lahir. Kirana lahir dengan berat badan 2,6 kg dan panjang 49 cm menjadi anugerah terindah kami sekeluarga di bulan penuh berkah, bulan Ramadhan.
Sungguh tak henti-hentinya saya berucap syukur, keinginan kami memiliki anak perempuan terkabul dan lahir dengan selamat serta sehat. Allah Maha Besar, semua yang telah terlewati rasanya begitu ringan di ingatan...terganti dengan kebahagiaan yang penuh syukur. Terima kasih buat Dokter Winahyo yang telah memeriksa kandungan saya, selama 9 bulan serta terima kasih untuk Dokter Waluyo yang telah membantu persalinan dan semua pihak di Hospital Cinere yang begitu baik memberikan pelayanannya.