Sabtu, 23 Oktober 2010

Selamatkan Gadis Remaja dari Perdagangan Seks

Geeta berumur 9 tahun saat dia mulai memakai kosmetik dan tetap terjaga hingga pukul 2 pagi serta melakukan hubungan seks dengan 60 laki-laki dalam sehari.
“SAYA sangat sedih dan mengalami frustrasi dengan apa yang terjadi di hidup saya, ”terangnya. Geeta yang saat ini berusia 26 tahun dan merupakan anak petani telah dijual ke rumah pelacuran di India oleh seorang anggota keluarga terdekat. Saat itu, orang yang menjual Geeta ini menipu ibu Geeta dengan mengatakan bahwa anaknya akan mendapat kerja di perusahaan baju di Nepal.

“Di rumah pelacuran yang saya datangi terlihat banyak sekali pelanggan setiap harinya.Pemiliknya kerap melakukan kekerasan verbal ke kami.Jika kami tidak mematuhi, dia akan mulai memukul kami dengan kawat, balok, dan sendok yang sangat panas,”urainya. Sampai pada akhirnya ketika Geeta berusia 14 tahun, petugas kepolisian menahannya dan membawa dia ke rumah penampungan milik Anuradha Koirala.

Cerita Geeta inilah yang menjadi cikal bakal perhatian Koirala, yakni masalah perdagangan seks anak di bawah umur.Wanita yang berusia 61 tahun ini dan kelompoknya yang bernama Maiti Nepal akhirnya memutuskan mengabdikan diri dan telah memerangi perdagangan orang lebih dari 16 tahun. Mereka menyelamatkan dan merehabilitasi ribuan korban perdagangan seks di Nepal. “Keluarga juga kerap menjadi penipu. Perdagangan gadis-gadis muda itu dilakukan orang-orang yang pada prinsipnya sangat mengenal dekat mereka.

Orang-orang ini mengiming-imingi sang gadis untuk pindah dari desa dengan menjanjikan mereka pekerjaan yang baik. Ini adalah bisnis yang menguntungkan,” terang Koirala kepada CNN Heroes. Dengan merazia usaha rumah pelacuran, melakukan patroli di perbatasan India-Nepal, serta menyediakan pelayanan dan tempat penampungan yang aman,Koirala dan Maiti Nepali telah menolong dan merehabilitasi lebih dari 12.000 wanita dan gadis belia Nepal sejak 1993.

Berdasarkan data di seluruh Departemen Negara Bagian Amerika Serikat (AS), 10.000 hingga 15.000 wanita dan gadis belia dari Nepal dijual ke India dan kemudian dieksploitasi secara seksual setiap tahunnya. Untuk semua anak remaja,Koirala mengajarkan bahasa Inggris di sekolah dasar (SD) di Nepal. Namun, ketika kehidupan pribadinya mengalami kekerasan,yakni masalah rumah tangga, arah hidup dan tanggung jawab yang diembannya pun ikut berubah seluruhnya.

”Setiap hari selalu ada semangat ketika saya memiliki tiga kegagalan yang saya pikir sangat mengacaukan kehidupan saya.Ini sangat sulit karena saya tidak mengetahui ke mana saya akan pergi dan kepada siapa akan berbicara,”jelasnya. Setelah masalah pribadinya berakhir, Koirala menggunakan pendapatan bulanannya sebesar USD100 untuk memulai membuka toko ritel kecil-kecilan.

Dana ini juga untuk mempekerjakan dan mendukung korban perdagangan seks yang telantar dan korban kekerasan domestik. Pada awal 1990,permintaan untuk membantu dan berjuang terusmenerus untuk masalah kekerasan yang dialami wanita memaksa Koirala melakukan hal yang lebih lagi. Maiti Nepal adalah gagasannya untuk menyuarakan pendapat, pembelaan hukum,dan rehabilitasi untuk korban perdagangan seksual.

”Maiti diartikan sebagai ibu di Rumah atau Mother’s Home,”urainya. Kelompok ini memfasilitasi seluruh kegiatan di Nepal dan India. Tapi kebanyakan kelompok rehabilitasi mengambil tempat utama di kampus di Kathmandu,Nepal.gadisgadis darirumahpelacurankebanyakan datang dengan tangan kosong, dalam keadaan sakit, hamil, atau sudahmemilikianakdanbahkanada yang kejiwaannya telah hancur.

“Ketika gadis-gadis remaja datang ke Maiti Nepal, kami tidak pernah menanyakan apa pun ke mereka. Kami hanya membiarkan mereka selama waktu yang mereka inginkan. Kami membiarkan mereka bermain, menari, berjalan, berbicara ke teman mereka. Pada awalnya mereka terlihat sangat ketakutan, tapi kemudian mereka akan mulai berbicara ke kami dengan cara mereka masingmasing,” paparnya.

Kelompok ini juga menerima korban pemerkosaan dan kekerasan domestik seperti anak-anak yang ditelantarkan. Untuk mengatur kehidupan di Maiti Nepal, yang dihuni sekitar 400 wanita dan anak-anak,Koirala membutuhkan jumlah staf yang cukup banyak seperti guru, konselor, dan petugas medis.Mayoritas staf itu adalah orang-orang yang selamat dari korban perdagangan seks dan berkomitmen untuk menolong rehabilitasi perempuan lainnya.

Beruntung Maiti Nepal banyak mendapat dukungan dari sejumlah donasi internasional sehingga bisa maksimal memberikan pelayanan kesehatan, psikologi, konsultasi hukum, gugatan yang terkait pengadilan, dan pendakwaan kriminal. Semuanya bisa diberikan tanpa biaya atau gratis. Setelah mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan, beberapa gadis yang menjadi korban perdagangan seks bisa kembali keluarga mereka masing-masing.

Namun, banyak dari mereka terkena HIV/ AIDS dan penyakit seksual menular lainnya sehingga mereka kerap mengalami stigma negatif dan tidak lagi diterima di komunitas mereka. Untuk gadis-gadis ini, Maiti Nepal menjadi satu-satunya rumah untuk didatangi.“Hal tersulit bagi saya adalah saat melihat gadis belia harus meninggal atau kembali ke Maiti Nepal karena penyakit seksual menular. Padahal, di usia itu, anak-anak seharusnya bersenangsenang. Hal itu membuat saya harus bekerja keras,”terangnya. (susi).

Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/359448/