Rabu, 20 April 2011

Kronologi Insiden Kekerasan di Kabupaten Kebumen Versi Warga

TEMPO Interaktif, Jakarta - Warga Kebumen korban bentrokan dengan aparat TNI Angkatan Darat, Sabtu (16/4) lalu, menyampaikan kronologi peristiwa kekerasan yang mengakibatkan 14 warga luka-luka, 6 di antaranya terkena tembakan tentara. Diwakili 3 orang--Ahmad Muslihin, Eko Wahyudi, dan Suwarsono--mereka mengadu ke Dewan Perwakilan Rakyat, Senin (19/4).


Didampingi aktivis KontraS, Imparsial, dan LBH Jakarta, ketiganya bertemu politikus anggota Fraksi PDI Perjuangan, Eva Sundari, M. Nurdin, Ichsan Sulistio, Helmy Fauzi, dan Ganjar Pranowo.

Berikut kronologi peristiwa menurut versi warga:


Sabtu, 16 April 2011
-) Pukul 09.30 WIB
Sekitar 30 warga yang tergabung dalam Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan (FPPKS) berziarah kubur ke makam 5 anak yang menjadi korban ledakan mortir tahun 1997. Makam berada di Dusun Godi, Desa Setrojenar, 400 meter dari kantor TNI.

-) Pukul 12.00 WIB
TNI membongkar blokade yang dibuat warga. Blokade tersebut dibuat dari pohon waru dan kayu-kayu di beberapa titik pada April 2011. Kebetulan TNI sedang berlatih di Kecamatan Ambal, sekitar 800 meter dari Kecamatan Buluspesantren. Jaraknya cukup jauh dari lokasi blokade warga.

-) Pukul 12.30-14.00 WIB
Warga mulai berkumpul, termasuk FPPKS yang sebelumnya mengadakan ziarah kubur. Pembongkaran blokade dianggap sebagai provokasi TNI. Pasalnya, saat itu TNI seharusnya berlatih di Kecamatan Ambal, tapi justru melakukan pembongkaran blokade di Bulukpesantren. Jumlah warga yang berkumpul mencapai 150 orang terdiri dari para petani yang pulang dari sawah, yang kemdian kembali membangun blokade jalan di 4 titik jalan menuju TNI. Selanjutnya para petani bergerak ke utara. Mereka lalu marusak gapura latihan tembak yang terletak di samping kecamatan di samping Kecamatan Bulukpesantren.

Petani lalu bergerak ke selatan menuju gudang senjata. Di lokasi itu, para petani merusak pagar tembok bangunan gudang peluru. Bangunan tersebut memang dikenal sebagai tempat penyimpanan peluru. Tapi, saat ini sudah tidak digunakan lagi. Setelah pagar ambruk, warga membentangkan tali dadung mencoba merubuhkan bangunan dengan menarik atapnya dengan tali secara beramai-ramai. Tapi, para petani tidak kuat. Aksi petani kembali berlanjut dengan mendobrak bangunan menara 3 lantai miik TNI tempat gudang peluru. Menara itu dibangun di atas tanah warga.

-) Pukul 14.00-15.00 WIB
Para petani balik ke arah utara, kembali menyusuri jalan menuju kecamatan. Ternyata di sisi utara TNI sudah berbaris dengan seragam dan senjata lengkap. Warga tak takut dan menganggap TNI tak mungkin menyerang. Antara warga dan TNI saling berhadap-hadapan. Sebagian warga melakukan aksi diam dekat salah satu blokade di Jalan Daendels.

Di luar dugaan, TNI menyerbu ke arah warga dengan tembakan-tembakan. Warga panik, lari tercerai-berai. Selanjutnya terjadi aksi pemukulan oleh para tentara. Tak hanya sampai di situ, TNI juga mengejar dan menyisir warga. Polisi berseragam tidak ada saat bentrokan terjadi. TNI juga menangkap beberapa tokoh masyarakat.

-) Pukul 15.00-17.00 WIB
TNI menyisir rumah-rumah warga Desa Setrojenar. Warga tidak ada yang berani keluar. Beberapa warga dianiaya. Selama sweeping polisi berseragam tidak ada. Penyisiran oleh TNI bahkan dilakukan hingga malam hari.

sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2011/04/19/brk,20110419-328608,id.html