Minggu, 29 Mei 2011

Sumber dan Proses Kesalahan Berbahasa

1. SUMBER KESALAHAN BERBAHASA
Gambaran kasar tentang sumber kesalahan berbahasa itu benar-benar merupakan faktor yang signifikan bagi guru untuk memahami sistem pembelajaran bahasa siswa. Artinya, dengan mengetahui gejala-gejala yang muncul dalam bentuk kesalahan berbahasa, anda dapat menyimpulkan bagaimana sebnarnya anak-anak iu belajar bahasa (Dulay, dkk., 1982). Misalnya anda mengetahui bahwa kata-kata yang mengandung makna leksikal akan dikuasai lebih dulu oleh anak dari pada kata-kata yang mempunyai makna gramatikal. Kata dari pada, karena, dengan, bahwa, maka, oleh dan sebagainya merupakan kata-kata yang mengandung makna gramatikal. Kata-kata semacam itu mengandung makna leksikal. Apa makna leksikal itu? Maknanya tidak ada. Anda ambil saja kata dari pada. Apa maknanya? Kata iu hanya mempunyai makna dalam konteks gramatikal. Maknanya dalam konteks gramatikal ialah untuk menyatakan perbandingan. Kata-kata semacam itu baru memperoleh maknnya dalam proses tata bahasa. Kata-kata semacam itu disebut deiksis, yakni kata yang rujukannya berubah-ubah dengan pembicara dan konteksnya (Purwo, 1985), ternyata juga sulit dikuasai anak.

Berdasarkan gambaran kasar tentang sumber kesalahan berbahasa itu dapat dilihat bahwa sumber kesalahan berbahasa meliputi (1) transfer interlingual dan (2) transfer intralingual (cf. Brown, 1080).
a)      Transfer Interlingual
Tahap awal pembelajaran bahasa lazimnya ditandai oleh transfer interlingual, yakin pemindahan unsur-unsur bahasa pertama atau bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau bahasa yang sedang dipelajari siswa.

b)      Transfer Intralingual
Sumber kesalahan berbahasa dapat dilacak dari sistem kedua yang dipelajari siswa. Berdasarkan hasil penelitian, tampak bahwa sumber kesalahn ini merupakan kesalahan terbesar. Bahasa pertama atau bahasa ibu yang sering ditunduh sebagai sumber kesalahan terbesar berbahasa kedua itu ternyata hanya menjadi faktor penyebab yang kecil saja, yakni kira-kira 13 persen, sedangkan selebihnya adalah sumber dari sistem bahasa kedua itu sendiri (Dulay, 1982).

Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi karena transfer intralingual itu diantaranya sebagai berikut :
a.      Penghilangan morfem-morfem gramatikal
      Termasuk ke dalam morfem gramatikal yang sering di hilangkan ialah:
(1)   Penghilangan awalan me- dan ber- dalam bentuk-bentuk bahasa Indonesia.
(2)   Penghilangan akhiran -kan.
(3)   Penghilangan partikel.
b.      Penandaan ganda atau penggunaan unsure secara berlebihan
      Termasuk ke dalam bentuk ini di antaranya ialah:
(1)   Penggunaan gaya bahasa tautology, yakni penggunaan kata yang sama atau kata yang mirip maknanya secara bersamaan.
(2)   Penggunaan gaya bahasa pleonasme.
(3)   Penggunaan kata dari dan dari pada untuk menyatakan kepunyaan.
c.      Kesalahan menyusun bentuk dalam sebuah kontruksi.

2. PROSES KESALAHAN BERBAHASA
Proses kesalahan berbahasa berbeda dengan sumber kesalahan berbahasa. Sumber kesalahan berbahasa akan melacakdari mana asal-usul kesalahan berbahasa itu; faktor apa yang menyebabkan atau yang mencari sumber terjadinya kesalahan berbahasa. Tetapi, proses kesalahan berbahasa akan lebih menekankan bagaimana runtutan perubahan peristiwa dalam kesalahan berbahasa itu dan bukan pada sumber ksalahan. Dalam pembicaraan tentang topik sumber kesalahan berbahasa, transfer bahasa digunakan sebagai sarana untuk mengetahui sumbr kesalahan berbahasa. Sumber kesalahan berbahasa itu ialah bahasa pertama pembelajar maupun bahasa kedua yang sedang di pelajarinya. Transfer bahasa dalam proses kesalahan berbahasa akan berbicara tentang proses terjadinya kesalahan, khususnya yang ditransfer dari bahasa pertama pembelajar.

a)      Transfer Bahasa
Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh proses transfer bahasa, yakni adanya kecendrungan pembelajar memindahkan unsur bunyi, bentuk, arti, dan bahkan budaya bahasa yang telah dikuasainya ke dalam bahasa sasaran atau bahasa yang sedang dipelajarinya. Transfer itu dapat besifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Bersifat positif apabila unsur yang ditransfer itu memang sama. Artinya kaidah-kaidah bahasa pertama yang ditansfer itu sama dengan kaidah bahasa kedua. Dalam hal semacam itu, akan terjadi fasilitasi atau kemudahan dalam berbahasa. Tetapi, transfer dapat juga bersifat negative, yakni apabila unsu bahasa pertama yang ditransfer itu berbeda dengan kaidah sasaran atau bahasa yang sedang dipelajari siswa.

b) Transfer Proses Pelatihan
Pelatihan yang diberikan oleh guru atau buku ajar dapat menyebabkan terjadinya kesalahan. Proses kesalahan dapat berupa pengaruh pelatihan yang kurang baik yang diberikan oleh guru ataupun buku ajar. Dalam kelas, misalnya guru memberikan penjelasan atau pelatihanyang keliru atau kurang jelas bagi siswannya. Penubian (drill) tak berkonteks baik, yang tak bermakna banyak mendorong kearah kesalahan itu.

c)   Strategi Belajar Bahasa Kedua
Tataran belajar yang paling tinggi menurut Gagne (1965) ialah pemecahan masalah. Tataran tertinggi itu mengplikasikan kognitif yang aktif atas butir-butir konsep, prinsip, dan masalah.

Dalam belajar bahasa kita dapat membedakan dua kategori dasar strategi, yakni strategi belajar dan strategi komunikasi. Stretegi belajar adalah metode untuk menyerap dan menyimpan informasi untuk kemudian diingat kembali. Strategi komunikasi adalah metode untuk mencapai komunikasi tentang encoding atau pengungkapan makna dalam sebuah bahasa. Kedua tipe strategi itu berbeda dalam manifestasinya, tetapi jelas ada hubungan yang kuat antara keduanya.

John Dewey (dalam Brown, 1980) menggambarkan bahwa proses pemecahan masalah yang merupakan salah bentuk belajar itu merupakan serangkaian tahapan waktu yang berurutan yang terdiri atas lima tahap, yakni:
1)      Tahap keraguan, kebingungan, frustasi kognitif, atau kesadaran akan adanya kesulitan.
2)      Upaya untuk mengidentifikasi masalah, termasuk perencanaan tujuan yang kurang khusus, kesenjangan yang harus diisi, tujuan yang harus dicapai, seperti yang ditentukan oleh situasi yang muncul dari masalah.
3)      Menghubungkan kesemuanya itu dengan struktur kognitif, mengaktifkan latar ide yang gayut (relevan) dan pemecahan awal masalah yang dicari, yang kemudian direorganisasikan (transformasi) ke dalam proposisi pemecahan masalah atau hipotesis.
4)      Pengujian hipotesis dan perumusan kembali masalah jika perlu.
5)      Menyatukan pemecahan yang baik ke dalam pemahaman dan menerapkannya ke dalam masalah yang dihadapi dan masalah lain yang mirip atau serupa.

Dalam belajar bahasa kedua, pembelajar mempunyai strategi tertentu. Bahkan dalam beberapa penelitian dikatakan bahwa pembelajar mempunyai urutan dalam pemerolehan bahasa (Krashen, 1981).

Brow (1980) mengatakan bahwa strategi belajar bahasa itu pada hakikatnya terdiri atas transfer, interferensi, generalisasi (perampatan0, dan simplikasi (penyederhanaan).

Transfer tampaknya dapat juga ditinjau dari berbagai sudut. Ia dapat merupakan sumber, proses kesalahan, dan dapat pula merupakan strategi belajar. Seperti sudah dijelaskan pada awal kegiatan belajar ini strategi belajar bahasa tidak lain adalah metode untuk menyerap dan menyimpan butir tertentu yang kemudian akan diingat kembali.
a)      Transfer dan inteferensi
Transfer merupakan istilah umum menggambarkan peristiwa terbawanya pengetahuan sebelumnya daam peristiwa besar. Transfer positif terjadi apabila pengetahuan awal seseorang itu cocok dengan hal yang baru yang akan dipelajarinya. Yakni apabila pengetahuan ,awal itu dapat digunakan secara benar untuk materi yang dipelajari sekarang. Transfer negative terjadi apabila pengetahuan awal pembelajar itu mengganggu tugas belajar selanjutnya. Artinya, pengetahuan awal itu kurang cocok apabila diterapkan dalam situasi yang baru. Yang terakhir itu dapat disebut sebagai interferensi. Interferensi itu sering menimbulkan kesulitan dalam belajar.
b)      General dan Simplifikasi
Generalisasi merupakan strategi rumit yang dianggap penting dalam upaya belajar. Menggenarilasikan artinya atau menurunkan kaidah, hukum, aturan, simplan, dari observasi tertentu. Prinsip generalisasi dapat dijelaskan oleh konsep belajar bermakna. Sesungguhnya belajar bermakna itu adalah generalisasi. Butir-butir dikelompokan untuk retensi yang bermakna. Belajar yang dilakukan manusia banyak yang merupakan generalisasi.belajar konsep pada masa awal masa kanak-kanak pada hakikatnya merupakan proses generalisasi.

Simplikasi merupakan istilah yang sering digunakan dalam pembicaraan pemerolehan bahasa kedua. Dalam hal tertentu, semua cara belajar manusia itu merupakan simplikasi, proses untuk menyederhanakan. Artinya, mereduksikan peristiwa-peristiwa ke dalam denominator umum, mereduksinya sebagai beberapa bagian atau cirri yang ditentukan. Belajar bermakna adalah simplikasi, sebuah proses menyimpan butir sehingga beberapa ciri dalam urutan yang lebih tinggi diarahkan ke beberapa ciri yang lebih rendah. Simplikasi itu bersinonim dengan generalisasi. Tetapi, simplikasi dapat dapat dikontraskan dengan kompleksifikasi, yakni tindakan menemukan butir-butir dari keseluruhan atau bahkan bagian-bagian yang tidak cocok untuk keseluruhan. Komplekasifikasi diperlukan untuk mencegah kecendrungan terjadinya simplikasi yang berlebihan.

d. Strategi Komunikasi
Proses kesalahan berbahasa yang lain ialah strategi komunikasi yang digunakan pembelajar untuk berkomunikasi dengan orang lain. Strategi komunikasi merupakan upaya sistematis untuk mengekspresikan makna dalam bahasa sasaran di mana pembicara harus bergabung dengan bentuk bahasa dan fungsinya.
            Jenis strategi komunikasi itu di antaranya adalah:
(1)   Penghilangan
Penghilangan merupakan strategi yang digunakan oleh pembelajar ketika pembelajar mengalami kesulitan menemukan bentuk bahasa yang tepat untuk berkomunikasi. Strategi penghilangan menimbulkan kesalahan penghilangn pada berbagai tataran, yakni penghilangan bunyi, penghilangan bentuk, penghilangan fungsi kalimat, dan penghilangan kata.

(2)   Pola hafalan
Ada pola-pola awal yang kadang-kadang dihafalkan begitu saja oleh pembelajar. Pola-pola semacam itu digunakan untuk keperluan-keperluan yang mendadak. Misalnya pembelajar menghafalkan pola-pola untuk berkomunikasi ketika berkenalan, ketika ada di kelas, ketika bertemu dengan orang asing, ketika berbelanja ke toko, dan sebagainya. Untuk keperluan semacam itu telah disediakan pola-pola tertentu yang dianggap santun, yang dianggap benar, yang dianggap baku.

(3)   Kepribadian
Kepribadian seseorang atau gaya kognitif dapat menyebabkan terjadinya kesalahan berbahasa. Seseorang yang mempunyai gaya yang refleksi atau konservatif mungkin menghasilkan tuturan yang penuh keraguaan. Dari tuturannya yang ragu-ragu dapat saja kesalahan muncul. Kesalahan itu mungkin berupa kesalahan menerapkan kaidah-kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasainya.pribadi yang demikian itu dapat juga menghasilkan kesalahan yang disebabkan oleh formalitas yang berlebihan.

(4)   Pertimbangan dari ahli atau sumber
Strategi komunikasi yang lain adalah minta pertimbangan langsung kepada orang yang berwewenang, misalnya ahli, penutur asli, atau bahkan kamus bahasa.

(5)   Alih kode
Strategi komunikasi yang lain dapat saja pembelajar itu langsung alih kode, artinya bahasa ketika sedang berbicara dalam bahasa tertentu.